Kamis, 29 Mei 2014


HUTAN PRIMER , SEKUNDER dan KLIMAKS
Hutan Primer

Pengertian dan Definisi dari Hutan Primer adalah Hutan Alam yang masih utuh yang belum mengalami gangguan eksploitasi oleh manusia. Karena belum adanya intervensi manusia hutan-hutan primer ini serang disebut juga hutan perawan atau virgin forest.

Bebera Sifat-sifat dan ciri hutan primer dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ø  Hutan primer di Indonesia karena perbedaan tapak, timbul struktur dan tipe hutan yang beraneka ragam, sehingga tidak ada cara yang berlaku umum untuk pengelolaannya. Masing-masing hutan alam primer harus diteliti untuk mengetahui cara spesifik dalam pengelolaannya. Hutan Primer di Indonesia bagian barat mempunyai karakteristik yanbg berbeda dengan hutan primer di Indonesia bagian Timur.
Ø  Jenis pohon pada hutan primer sangat banyak mencapai 40-80 jenis per ha, sehingga jumlah batang per jenis sangat sedikit. Jumlah jenis pada hutan alam primer di Asia ternggara termasuk di Indonesia diperkirakan 12.000 - 15.000 spesies untuk pohon yang berukuran diameter 10 cm keatas.
Ø  Jenis-jenis pohon bercampur individual walaupun ada juga jenis-jenis yang hidup berkelompok.
Ø  Pada suatu tapak terdapat variasi struktur dan komposisi. Walaupun lokasinya tidak berjauhan tetapi dapat terjadi kemungkinan perpedaan struktur dan komposisi jenis karena kondisi tapak yang berbeda.
Ø  Frekwensi jenis pada umumnya rendah, namun ada juga yang penyebarannya vertikal dan horisontalnya tinggi.
Ø  Struktur penyebaran diameter pohon berbentuk kurva grafik “plenter” (huruf J terbalik ), yaitu jenis dengan diameter yang berukuran kecil lebih banyak dibandingkan dengan diameter yang berukuran besar.
Ø  Pada hutan primer hanya terdapat sedikit batang yang mulus, pohon-pohon besar sering bolong.
Ø  Hanya sedikit (0-20%) jenis pohon niagawi, volume terjual sekitar 0-20 m3/ha, kecuali hutan dipterocarpaceae yang mengandung banyak kayu seragam.
Ø  Riap pertumbuhan pada hutan primer kecil, dalam skala yang luas besarnya nol.
Ø  Walaupun terdapat permudaan namun jumlahnya sering sedikit saja. Hal ini diakibatkan karena tumbuhan-tumbuhan muda hanya dapat memanfaatkan cahaya dari gap atau celah yang terbentuk karena tumbangnya pohon-pohon yang sudah tua.

Hutan Sekunder


Pengertian dan Definisi dari Hutan Sekunder yang dikemukakan oleh Lamprecht (1986) adalah hutan yang tumbuh dan berkembang secara alami sesudah terjadi kerusakan/perubahan pada hutan yang pertama. Hutan sekunder merupakan fase pertumbuhan hutan dari keadaan tapak gundul, karena alam ataupun antropogen, sampai menjadi klimaks kembali.
Beberapa ciri dari hutan sekunder dapat dilihat dibawah ini :
Ø  Komposisi dan struktur tidak saja tergantung tapak namun juga tergantung pada umur.
Ø  Tegakan muda berkomposisi dan struktur lebih seragam dibandingkan hutan aslinya.
Ø  Tak berisi jenis niagawi. Jenis-jenis yang lunak dan ringan, tidak awet, kurus, tidak laku.
Ø  Persaingan ruangan dan sinar yang intensif sering membuat batang bengkok.
Ø  Jenis-jenis cepat gerowong. Riap awal besar, lambat laun mengecil.
Ø  Karena struktur, komposisi dan riapnya tidak akan pernah stabil, sulit merencanakan pemasaran hasilnya.
Sedangkan Catterson (1994) mendefinisikan Hutan Sekunder sebagai Suatu bentuk hutan dalam proses suksesi yang mengkolonisasi areal-areal yang sebelumnya rusak akibat sebab-sebab alami atau manusia, dan yang suksesinya tidak dipengaruhi oleh vegetasi asli di sekitarnya karena luasnya areal yang rusak. Bentuk-bentuk formasi vegetasi berikut ini dapat terbentuk: lahan kosong / padang-padang rumput buatan / areal areal bekas-tebangan baru / areal-areal bekas tebangan yang lebih tua.


HUTAN KLIMAKS
Hutan Klimaks adalah komunitas hutan yang berada dalam tahap puncak pemantapan suksesi alam sesuai dengan kondisi alam setempat.

Tahap klimaks dari hutan ditunjukan dengan berbagai ragam jenis yang ditemukan di dalam hutan tersebut sehingga keseimbangan ekosistem semakin baik.



Hutan Klimaks mempunyai produktivitas yang rendah bila dibandingkan dengan hutan muda dalam pertumbuhan dengan komposisi jenis-jenis intoleran yang lebih dominan sangat membutuhkan cahaya matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar